Saturday, June 21, 2008

MENDAGRI DIRUNDUNG DUKA

Perhatian :

apabila ada kesamaan nama, profesi atau nasib harap maklum, karena ini cuma cerita yang mengantarkan pada sebuah fenomena kehidupan berorganisasi kita. Dan tidak ada niat dari sutradara/ penulis naskah untuk menyama-nyamakan kalo memang kebetulan ada yang sama, ya berarti (mungkin) memang dia orangnya….


Cerita ini diawali dengan akhir yang sedih dari seorang mendagri (menteri dalam negeri, yang bernama Ni Ade Dayanegara, yang selanjutnya disingkat NAD.) di sebuah negeri ”Sugih Jiwa” yang selanjutnya disingkat SJ karena kehilangan mandat alias tugas yang sudah seharusnya menjadi tanggungjawabnya. Beliau bersedih karena beliau udah ngerti bagaimana seharusnya menjalankan sebuah tugas yang telah diamanatkan padanya. Yang namanya mendagri ya harus ngurus segala kepentingan yang terkait dengan urusan dalam negeri, mengatur supaya kehidupan di dalam negerinya manjadi aman, makmur, sejahtera, adil, kaya raya, bahagia, dan semua yang terdengar baik di telinga “presiden” maupun “rakyatnya”. Dan bila beliau tidak mamapu melaksanakan nya itu berarti, beliau telah mengkhianati amanat yang telah diberikan padanya, belum lagi beban moral, masuk neraka. Yang terakhir, konon katanya yang paling membuatnya amat sangat takut sekaligus menjadi pemacu kinerjanya untuk melakukan yang terbaik bagi negaranya.Oya, belum memperkenalkan nama presiden di Negara SJ itu adalah Aryo Among Negorotototenterem, yang selanjutnya disingkat (AAN). Beliau adalah seorang kepala pemerintahan yang boleh dibilang masih muda dengan pemikiran yang dewasa. Baik hati, demokratis, terkadang komunikatif, suka mendengar keluhan rakyat maupun para menteri kabinetnya dalam menjalankan roda kepemerintahan, yang itu disengaja karena beliau ingin menghilangkan kesan otoriter, semau gue, atau bahkan dari kesan elitis.

kabinet SJ “beriman”(jargone) ini baru aja terbentuk dengan beberapa kementerian, departemen dan beberapa perum (sebagian milik negara sebagian bukan) yang sekiranya dibutuhkan berdasarkan kondisi negara dianggap lumayan makmur ini. Beberapa ada kementerian keuangan, ekonomi, arsip dan dokumen Negara, termasuk Mendagri, seta Menkopolkam (Menteri koordinator Politik dan Keamanan). Sedangkan departemennya antara lain departemen SDM (Sumber daya Manusia), kehumasan, serta komunikasi dan informasi. Dari segi kuantitas birokrasinya bisa dibilang lumayan gemuk. Tapi berharap dengan gemuknya birokrasi,maka akan dapat ”mempergemuk” rakyat (bahasa kenegaraannya big government, big welfare, meski agak tidak efisien). Dengan berbekal GBHN (Garis Besar Haluan Negara,,wah masih ada gak ya? tapi di negara SJ masih ada kok), MPN (mekanisme Penyelenggaraan Negara), serta AD/ART, dan yang penting tekad yang kuat.

Seiring berjalannya waktu, bergelinding pula roda kepemerintahan dibawah pimpinan AAN. Diawal perjalanan sangat butuh banyak perbaikan kinerja karena memang baru beradaptasi. Di masa pertengahan, tepatnya saat sekarang ini, pemerintahan AAN di”goyang” berbagai permasalahan dalam negeri yang sangat meresahkan (khususnya masalah internal kabinet), mulai dari banyaknya birokrat yang mulai tidak solid, jarang hadir di setiap rapat kabinet karena alasan sibuk ngurus rumah tangga, ngurusin rumahnya tetangga, sampai ngurusin bisnisnya tetangga, kerja sampingan, uang tambahan dll. Sang AAN begitu gelisah dan sibuk memikirkan nasib roda kepemerinthaan dengan kondisi birokratnya yang sedikit demi sedikit tersingkir atau bahkan menyingkirkan diri tanpa ada kejelasan alasan sampai-sampai beliau tidak bisa tidur selama toedjoe hari toedjoe malam (berlebihan).

Berhubung presiden kita, AAN orangnya demokratis, dan agak komunikatif, maka beliau melakukan beberapa komunikasi dengan beberapa menterinya untuk menangani urusan ini. Monday morning, sang AAN mengajak NAD, sang Mendagri, untuk berdiskusi di dalam Istana Kenegaraan yang dijuluki ”Gedung Ijo/Green House”, begini bunyinya :
AAN : wahai Mendagri ku, melihat situasi internal kabinet kita yang bermasalah ini, apakah engkau punya usul cerdas, biar kita tetap bisa menjalankan amanat rakyat dengan baik dan tetap dapat mewujudkan kekejahteraan mereka? kau tau kan siapa saja yang bermasalah itu? Mereka antara lain kepala departemen SDM yang mengundrkan diri karena alasan ada job/amanah umat yang lebih penting, salah satu staf dept. SDM juga, dengan alasan jadi birokrat gajinya kurang banyak, sehingga kurang untuk mencukupi kebutuhan hidup fiddunnya nya, Menteri keuangan, katanya keuangan negara kita terlalu bermasalah (sering keluarnya, tapi jarang ada yang masuk), dan alasan syar’i nya adalah memenuhi panggilan orang tua untuk pulang kampung selamanya. Satu lagi adalah salah satu kepala perusahaan umum bidang karya, dengan alasan ada profesi lain yang kudu dirampungkan dahulu, yaitu meLaut selama satu bulan untuk meneliti kondisi perikanan di Negara kita.

NAD : wo iya, paduka, baginda presiden hamba. Usul cerdas selalu akan saya berikan dengan berbagai pertimbangan yang diperlukan. Menurut kalkulasi untung rugi kenegaraan, serta berdasarkan data dan analisa yang saya himpun sesuai dengan fungsi saya yaitu nganalisa fungsional internal kabinet, maka sebaiknya kita lakukan komunikasi dengan para birokrat yang bermasalah terlebih dahulu untuk mengclearkan masalah yang muncul saat ini, sekaligus wahana mensolidkan ukhuwwah para kabinet. Kedua, jika langkah awal tidak dapat ditolelir lagi, maka mau tidak mau, kita harus memangkas birokrasi dan melakukan penataan ulang demi ke efisienan kinerja (pola hubungan/ jarkom gak terlalu panjang yang biasa menyebabkan miskomunikasi, serta kalo ngadain buka bersama biar gak terlalu ngabisin banyak dana untuk beli konsumsi, dan jika dalam satu forum musyawarah tidak begitu banyak pendapat untuk diambil mufakatnya). Jadi, pak pres yang saya hormati, kita memang harus bertindak tegas dalam hal ini, supaya kita tidak melulu disibukkan dengan agenda pensolidan internal yang gak solid2, tapi agar supaya biar kita lebih bisa berkontribusi maksimal melayani umat dalam mewujudkan kesejahteraan mereka.
AAN : Hmmmm, OK, I’ll consider your advices. Thank’s

Tiba akhirnya pada hari yang dinantikan, sang presiden mengumpulkan semua kabinet harian (khusus) untuk mengumumkan agenda reshufle, yang ternyata hari nya pas KAMIS, semua nya pada shoum sunnah, jadi ada agenda tambahan buka bersama kabinet SJ ”beriman”. Namun beberapa waktu sebelum dimulainya pertemuan, drzzzt...drrtzzzzt......(tanda getar dari HP sang presiden). One message rechieved, sender : NAD, my Mendagri, yang kurang lebih bunyinya seperti ini : pak presiden yang saya hormati, Cuma mau memastikan kembali sinten kemawon ingkang badhe dipun reshufle (siapa saja yang akan direshufle)?. Tak lama kemudian, gress...gressss (bunyi ring tone sms HP baru Mendagri), show (klik), sender : My Mr. President, berkata dalam tulisan : Kementerian SDM, Kementerian Keuangan, Menkopolkam, Perum karya. Dalam hening agak sedikit lama, sang Mendagri berpikir (perasaan kagak pernah denger menkopolkam mau di reshufle, emang apa salah dan dosa yang telah diperbuatnya hingga harus diganti???? Atas alasan apa menko ini diutak-atik, apa mungkin karena........). ”wah mesti konfirm pada pihak yang bersangkutan, nih”, gumam sang Mendagri. Kebetuan hari itu ada sebuah acara yang mempertemukan antara Mendagri dengan Menkopolkam. Terjadilah perbincangan seru untuk mengkorek, bahasa halusnya tabayun alias konfirmasi apa sebenarnya dibalik keinginan pak presiden yang mereka berdua hormati. Usut punya usut, ehhh ternyata perbincangan tidak menemukan benang merah yang ditaruh dalam jerami oleh pak presiden. Perbincangan mengarah pada perasaan kecewa seorang Mendagri yang bahkan tidak tahu menahu alasan mengapa menteri polkam diganti. Dia merasa tidak ada alasan signifikan kenegaraan untuk melakukan hal itu. Kalau toh memang harus diganti, minimal ada komunikasi antara Mr. Presiden AAN dengannya, karena dia merasa menjadi salah satu manusia yang bertanggungjawab dalam memperbaiki internal kenegaraan, mempengaruhi setiap kebijakan presiden dalam upaya perbaikan sistem birokrasi serta optimalisasi peran eksternal negara kepada rakyat.
Dengan langkah gontai, penuh tanda tanya dan kekecewaan yang melebur jadi satu menjadikan Mendagri bersikap defensif (jaga jarak) dengan presiden. Hubungan mereka berdua menjadi agak renggang, diskusi-diskusi semakin tidak nyaman dan merasa tidak perlu lagi ada diskusi, bahkan. Eeee,malah dilupakan ,dan “She (Mendagri) was the lost man of making the decission”. Di sebuah secret chamber sang Mendagri, alias kamar pribadi nya, kembali terbayang tulisan yang ada pada inbox di HP nya yang dikirim oleh presiden AAN tadi. “sms, enggak, sms, enggak, sms,….eng….ggggak, oh berarti enggak boleh kalo nggak sms, jadi aku harus sms kembali pak pres terhormat”.

“Asslm.pak pres yang saya hormati, kalo boleh menanyakan kembali, siapa saja sih yang berwenang melakukan reshufle kabinet kita (apa dari data dan analisa saya kurang bisa memberikan solusi atas permasalah internal kita)?”. Send to : My Mr. President (klik).
Greeeesssss…(klik), sender : My Mr. President, “presiden dan Dewan Pertimbangan Negara (sering disingkat DP, aja), Menkopolkam dirolling, insya Allah ada new comer”. Kira-kira jawabannya begitu, yang malah semakin membuat Mendagri semakin bertanya-tanya. “kok pake DP segala”. Sekedar informasi, DP bukanlah penyelenggara pemerintah secara aktif, bekerja apabila dibutuhkan terkait dengan fungsi pengawasan, pertimbangan, dll. Akhirnya gak ambil pusing, sang Mendagri menge-cek kembali wewenang yang dimiliki DP yang tertuang dalam ART (Anggaran Rumah Tangga), ternyata benar apa yang ia takutkan, bahwa sebenarnya wewenang DP tidak sampai sejauh itu, menentukan mana dan siapa saja yang berhak diganti (hal teknis yang bersifat intimidatif, instruktif, apalagi intervensi), yang tersebut dalam ART adalah hanya bersifat : mengawasi kinerja, memberikan pertimbangan dan saran, menyelenggarakan pengadilan atas pelanggaran, dan sebagainya yang selain bersifat menentukan.
“saya cuma menyayangkan ketidakprofesionalan kita dalam menjalankan amanah ini, pak pres. Buka kembali ART, pasal DP!” sending message..

“Ternyata jadi Mendagri gak gampang juga ya. Ada kalanya harus berbenturan dengan kebijakan presiden, pemegang keputusan tertinggi. Ada kalanya juga menjadi orang yang dikecewakan oleh sistem, tersingkir oleh sistem, padahal hanya ingin mencoba menjadi dan melakukan amanah secara profesional. Eh, malah dilupakan...nasiiiibbb, ya Allah....hamba berserah diri dari apa yang akan terjadi pada hamba,dan..bagi hamba, melakukan tugas sesuai amanah secara optimal, profesional sesuai prosedur, sistematik dan penuh rasionalisasi itu lebih menenangkan.”
Greesssss (klik), sender : My MR. president : “maaf, saya salah jawab, hak mereshufle adalah prerogratif presiden, anda pasti sangat menyayangkan Menkopolkam di reshufle, ada banyak tugas baru untuk menkopolkam, dan bukan hanya melibatkan internal kabinet, tetapi juga JAMA’AH......”. nah loe..
Dengan kepala penuh tanda tanya, hati penuh keraguan dan sedikit kecawa atas ketidak profesionalan, tidak prosedural, tanpa mekanisme dan rasionalisasi yang jelas terhadap permasalahan ini, kecepatan 170 km/jam dijalankan diatas kuda beroda dua merk Supra X warna Silver, satu-satu nya harta yang dimiliki Mendagri sebagai sarana pemburu waktu alternatif yang ada menuju Green House. Ya, hari ini adalah Kamis, hari akan diumumkannya reshufle kabinet SJ beriman itu.
”ba’da Shalawat dan Tahmid, mari kita buka rapat kabinet kita kali ini!” seru pak Presiden AAN. Satu jam berlangsung, rapat diisi dengan pemaparan kondisi masing-masing kementerian dan departemen yang sebelumnya dibuka dengan narasi curahan hati seorang presiden terhadap kondisi kabinet yang telah berjalan bebarapa bulan ini. Sampai akhirnya adzan maghribpun berkumandang yang menandakan pula rapat harus segera diakhiri untuk sholat, minimal di pending. Ya, memang dipending, karena pengumuman reshufle kabinet belum dilakukan. Sambil berbuka puasa, menggigit sepotong roti tawar berlumur susu kental manis coklat, presiden berkata, ”ba’da sholat maghrib, kita kumpul kembali untuk mendengarkan pengumuman reshufle yang akan saya sampaikan..”
Setelah berkumpul kembali, tidak ada yang istimewa, karena agenda mereka hanya mendengarkan pengumuman. Sedikit memecah kebekuan, muncul pertanyaan.
NAD : ”tidak ada hak interpelasi ya, pak pres? (untuk alasan menkopolkam dirolling)”
AAN : ”saya rasa sebaiknya tidak.” kurang lebih percakapannya begitu, yang lumayan membuat beberapa bibir para peserta rapat melebar (tersenyum, red).
Namun ternyata presiden menyadari pentingnya rasionalisasi dalam memutuskan sesuatu, sehingga beliau menyatakan rasionalisasi tentang peRollingan Menkopolkam. Yang menurut Mendagri itu sangat tidak rasioanal ”mmm, jadi, sang new comer (pengganti menteri polkam, red) berkata kepada saya : kapan saya di-Menkopolkam-kan, saya sudah siap diterjunkan....”. beliau menutup dengan kata ”yah, insya Allah ini semua demi kebaikan ”kita” bersama dan umat.”
Setelah kenyang dengan roti tawar berlumur coklatnya untuk mengisi kekosongan perutnya sementara, semua peserta rapat, termasuk Mendagri Pulang ke Rumah Pribadi masing-masing dengan membawa tetap tanda tanya atas di Rollingnya Menkopolkam. Sang Mendagri pun menjadi orang yang paling kehilangan hak maupun wewenang dalam hal ini. Merasa tidak memiliki ”alat” lagi untuk menjalankan amanah yang diberikan padanya dalam hal pengaturan kebijakan dalam negeri termasuk dalam permasalahan internal kabinet yang harus ditanganinya. Dan akhirnya, sampai saat cerpen ini ditulispun, Mendagri masih tetap dirundung duka...................................

”Ya Allah, kalau memang mereka yang telah memutuskan semua ini, beralasan demi kebaikan bersama, apakah ini berarti apa yang seharusnya dan telah saya lakukan bukan untuk kebaikan bersama...??
Apakah dengan alasan demi kebaikan bersama, ke-profesionalitas-an mesti terlewati dan menjadi sesuatu yang boleh dilupakan?
Apakah demi kebaikan bersama, boleh juga tanpa melalui mekanisme dan prosedur yang seharusnya ditaati????
Ya Allah, sungguh hamba hanya ingin melaksanankan amanah ini dengan penuh tanggungjawab, serta penuh rasa takut pada pembalasanMu apabila aku lalai terhadapnya, dan dengan penuh rasa cinta kepadaMu melalui mekanisme yang seharusnya saya lakukan, prosedur yang seharusnya saya terapkan, dan rasionalisasi atas tindakan yang saya lakukan, agar profesional, sehingga bisa lebih kontributif/solutif terhadap permasalahan umat....”. Adu sang Mendagri terhadap Rabbnya di sela2 sujud panjang, dalam keheningan 1/3 malam. Dan..... ZZZzzzzzzzzzzzzzzzzzz...zzzZZZ.....(ketiduran).

karya ukhti dewi
mantan bendum jaman akh hanang

No comments: