Tuesday, August 19, 2008

untuk Indonesia

Kalau diibaratkan dengan rentan umur manusia, maka umur 63 tahun adalah masa-masa untuk mempersiapkan diri menyongsong kematian. Di umur ini manusia mengalami berbagai penyakit, mulai ada penurunan panca indra, dan tanda-tanda lainya menuju akhir umurnya. Walaupun tidak bisa disamakan umur sebuah bangsa dengan mannusia, tapi nnampaknya yang terjadi dengan Indonesia mendekati hal-hal seperti itu. Waktu lebih dari setengah abad mengalami kemerdekaan dalam arti lepas dari penjajahan bangsa asing, ternyata bangsa Indonesia belum bisa merasakan kemerdekaan yang seutuhnya. Kemerdekaan sebuah negara tidak hanya proses pertukaran pemerintahan daripada satu golongan pemerintah kepada satu golongan pemerintah lain yang lebih berhak. Akan tetapi pada hakikatnya, kemerdekaan tanah air adalah nikmat terbesar karunia Allah. Kemerdekaan negara merupakan pembebasan jiwa rakyatnya dari keadaan belenggu nilai-nilai yang mengikut perintah penjajah kepada nilai bersandarkan kebenaran dan hakikat; pembebasan akal dan pikiran rakyat belenggu kebodohan dan kejahilan kepada cahaya ilmu dan hikmah; pembebasan akal-budi rakyatnya dari keruntuhan akhlak dan pelanggaran moral dan etika kepada pembentukan nilai-nilai murni dan akhlak tinggi; pembebasan rakyat dari belenggu kemiskinan menuju kehidupan sejahtera.

Indonesia memang telah lama lepas dari penjajahan bangsa asing. Namun pada hakikatnya saat ini ternyata masih banyak saja hal-hal yang justru tidak mencerminkan kemerdekaan sesungguhnya. Rakyat Indonesia saat ini masih dijajah oleh kebodohan, ketidaktertiban, kebohongan, korupsi, dan sebagainya yang menyebabkan kesejahteraan itu belum sampai kepada masyarakat seluruhnya. Ini tentu bertentangan dengan makna merdeka tadi. Belum lagi ketika para generasi mudanya dijajah oleh berbagai jenis pemikiran,budaya,hiburan dan hal-hal yang menimbulkan kerusakan lainnya yang berasal dari luar. Penyebab itu semua yang paling mendominasi adalah karena begitu banyaknya sisi yang telah jauh menyimpang dari nilai-nilai kebenaran


Negeri Paradoks

Indonesia negeri yang kaya, tetapi rakyatnya miskin. Sangat mengherankan kan memang, ketika melihat karunia yang di berikan Allah SWT kepada negeri ini dan kondisi rakyat yang mendiami negeri ini. Negeri Inmdonesia adalah negeri yag mempunyai potensi menjadi negara besar. Berbagai macam sumber daya alam telah tersedia. Tanah yang luas dan subur sehingga hampir semua jenis tumbuhan bisa di tanam , luas perairan dengan beraneka ragam kekayaan laut yang memukau, curah hujan yang tinggi di dunia, sumbe air bersih yang cukup bila dikelola dengan baik dan sebagainya. Berbagai macam mineral kelas dunia seperti batu bara, gas alam, iron ore, mangan, protelium, uranium, bauksit, emas, quarts, sulphur, tembaga, zinc, timah yang terdapat di Indonesia adalah pra syarat bagi sebuah bangsa untuk bisa menjadi negara maju. Kebutuhan akan pangan sangat terpenuhi apabila dikelola dengan baik karena negara Indonesia adalah negara agraris.

Ketika melihat potret Indonesia saat ini maka kita akan menemui kenyataan paradoksnya sebuah negeri kaya. Indonesia, Negara Agraris berpenduduk ± 230 juta jiwa menjadi negara pengimpor pangan yang sangat besar. Kenyataann lain yang bisa di temui di sektor pertanian adalah bahwa 82 % tenaga kerja berada di pertanian/pedesaan dan UMKM/sektor informal. Namun 63 % kemiskinan berada di pedesaan, 42 % dari total pengangguran terbuka ada di pedesaan/pertanian. Padahal 83 % kabupaten/kota ekonominya berbasis pertanian. Kemudian yang cukup membuat miris adaolah Indonesia negara yang mayoritas ( sekitar 85 % lebih) penduduknya adalah muslim, akan tetapi Indonesia menjadi salah satu negara yang tingkat korupsinya tertinggi di dunia. Negara yang mempunyai kekayaan alam yang melimpah, akan tetapi tidak membuat pendapatan negara menjadi besar. Karena banyaknya investor asing yang menguasai sumber-sumber kekayaan negeri ini. Hal inilah yang kemudian menyebabkan sampai sat ini belum terwujudkan kemakmuran dan kesejahteran rakyat secara merata. Indonesia belum merdeka. Karena bangsa yang miskin sesungguhnya tidak merdeka.

Dicari Pahlawan Indonesia

Memperjuangkan kemerdekaan adalah cerita tentang kepahlawanan. Lahirnya kemerdekaan adalah buah kerja dari kepahlawanan. Maka membicarakan kemerdekaan Indonesia tidak akan bisa lepas dari shirah pahlawan Indonesia. Kata Ust.Anis Matta “Pekerjaan-pekerjaan besar dalam sejarah hanya dapat diselesaikan oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan”. Sejarah menunjukkan bahwa negeri ini terbebas dari penjajahan disebabkan pula oleh peran para pahlawan. Para pahlawan dahulu ketika berjuang senantiasa mengedepankan nilai-nilai keberanian, kesabaran, pengorbanan, kompetisi, optimistis, dan siap sedia dengan segala kemungkinan saat itu. Nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar tetap menjadi basis utama filosofi perjuangan mereka. Makna kemerdekaan yang ada di kepala para pahlawan saat itu adalah membebaskan Indonesia dari penindasan dan tirani oleh pihak-pihak yang berusaha mencengkeram Indonesia untuk kepentingan kekuasaan.

Ditengah – tengah budaya-budaya yang mengikis jiwa-jiwa kepahlawanan manusia indonesia, dibutuhkan sebuah pembangkit yang dapat melahirkan para pahlawan itu untuk mencapai kemerdekaan sejati bagi rakyat Indonesia. Kedatangan Islam ke alam dunia ini membawa pesan dan sifat kemerdekaan. Islam menyeru manusia supaya membebaskan diri dan pemikiran mereka daripada belenggu jahiliah dan kemusyrikan terhadap Allah Ta’ala, membebaskan diri daripada perhambaan dan membebaskan negara daripada cengkaman musuh. Islam dalam arti kata kesejahteraan, kedamaian dan keamanan semuanya menjurus kepada hakikat kemerdekaan. Islam juga yang bersifat merdeka dalam arti kata lain bermaksud bebas dari keruntuhan akhlak dan kemurkaan Allah. Lantaran itu, Islam telah berjaya menyelamatkan manusia dari sistem perhambaan terhadap manusia ataupun hawa nafsu yang diselaputi oleh syirik, kekufuran, kemungkaran dan kemaksiatan. Seorang penyair Arab yang bernama Ahmad Syauqi berkata dalam syairnya yang mempyai makna :”Kekalnya bangsa kerana mulianya akhlak, runtuhnya bangsa kerana runtuhnya akhlak”. Nampaknya umat Islam Indonesia perlu merenungi kembali pesan-pesan kepahlawanan yang dibawa oleh agamanya. Agar para pahlawan itu lahir dari umat Islam Indonesia sendiri, untuk mencapai kemerdekaan hakiki bagi bangsa ini. Karena sesungguhnya yang belum merasakan keerdekaan itu adalah umat islam yang menjadi mayoritas penduduk negeri ini.

Usia bangsa ini akan terus bertambah setelah kemerdekaanya. Namun cita-cita besar para pahlawan kemerdekaan bangsa ini belumlah tercapai. Misi dari foundhing fathers negara kita untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara berperadaban dunia masih jauh dari angan. Dan tugas dari generasi penerus merekalah untuk menyelesaikan perjuangan yang telah mereka rintis. Karena pada hakikatnya kemerdekaan dari penjajahan bangsa asing bukanlah akhir dari perjuangan. Akan tetapi menjadi pintu gerbang menuju perjuangan selanjutnya, dan menggapai kemerdekaan yang lebih hakiki. Masih ada harapan dan asa di negeri ini untuk maju, karena HARAPAN ITU MASIH ADA.
BANGKITLAH NEGERIKU.............................

tulisan ini karya akh Robi P untuk bahan Kiri KAMMI edisi 5

No comments: