Tuesday, September 15, 2009

Mencari Raja Brawijaya!!!!

Semua pasti akan berubah kecuali perubahan itu sendiri. Roda putaran waktu telah melangkah menjadi sebuah guliran yang akan menggulung menjadi pacuan yang sangat kuat. Perubahan yang terjadi pada setiap masa akan membawa implikasi bahwa harus ada gelombang baru yang menjadi suksesor perubahan itu, pilihannya adalah suksesor itu akan membawa perubahan itu ke arah lebih baik atau arah yang lebih buruk.

Dalam kehidupan kita di kampus Universitas Brawijaya, kita mengalami proses suksesi perubahan pemerintahan mahasiswa yang jamaknya dilakukan selama satu periode kepengurusan. Proses ini tentunya menjadi saat-saat yang penting bagi keberlangsungan kehidupan berorganisasi di mahasiswa. Siapa yang menduduki singgasana kekuasaan pastinya akan melalui perebutan secara keras. Proses ini sendiri kita kenal dengan PEMIRA.


Jika kita berkiblat kepada pada nama Brawijaya, maka setidaknya pemimpin baru Brawijaya harus mampu memiliki semangat kebangsaan dan kenegaraan yang tinggi, serta mampu membawa pemerintahan yang dipimpinnya menjadi pemerintahan yang berwibawa serta memiliki prestasi yang layak dibanggakan. Oleh karena itu dalam menetapkan pilihan setiap mahasiswa harus mampu berpikir secara kritis, bukan didasarkan atas kedekatan belaka. Ini menjadi penting karena pemimpin Brawijaya ini yang akan menjadi Raja Brawijaya selanjutnya.

Untuk mendukung proses demokratisasi ini setiap mahasiswa harus berperan aktif, sikap acuh tak acuh ataupun sikap un sich dalam mendukung proses ini sebaiknya dijauhi, karena jika salah pilihan itu terjadi, maka dampaknya akan cepat terasa dan proses ini pula yang akan menjadikan demokratisasi akan terasa hampa. Substansinya akan kehilangan makna. Mahasiswa yang ada di seluruh Brawijaya berhak mengaktualisasikan wujud kepemimpinannya dengan maju sebagai calon presiden atau mendukung calon yang sekiranya mampu untuk menjadi suksesor kebangkitan Brawijaya.

Selain itu guna mendukung proses demokratisasi ini, setiap fakultas setidaknya mampu menghadirkan cadangan baru bagi pemimpin Brawijaya. Mahasiswa yang ada di setiap fakultas sudah waktunya untuk tidak hanya berpikir masalah kefakultasan saja tetapi juga harus berpikir terkait dengan masalah universitas secara holistik. Jika masih terdapat mahasiswa yang hanya berpikir terkait dengan masalah kefakultasan saja sama halnya dengan katak dalam tempurung, yang hanya tersegmen pada teritory nya saja.

Eksekutif mahasiswa yang ada memiliki peran penting dalam berjalannya kegiatan kemahasiswaan yang ada di Brawaijaya. Kepentingan yang ada pun melingkupi organisasi yang berada di wilayah intra kampus maupun ekstra kampus. Eksekutif mahasiswa ini akan memiliki bargaining yang kuat di tingkat LKM universitas maupun fakultas jika eksekutif mahasiswa ini mempunyai kredibilitas yang baik. Dalam hubungannya dengan pergerakan ekstra kampus, eksekutif mahasiswa juga memiliki tugas untuk menjembatani hubungan antara kepentingan yang ada di kampus dengan kepentingan yang ada di luar kampus.

Berbicara mengenai kriteria pemimpin Brawijaya ke depan maka yang harus dikedepankan adalah calon-calon yang mampu membawa perubahan yang lebih baik, yang memiliki kompetensi dalam memimpin, dan mempunyai prestasi yang membanggakan dalam aktivitas kemahsiswaaan yang ada. Calon-calon yang ada akan lahir dari pergerakan mahasiswa yang hadir untuk mewarnai proses pemilihan ini. Tentunya semua harus dengan cermat dalam memilih, jangan salah pilih, jika salah ibarat memilih kucing dalam karung. Darimana calon itu berasal juga mempengaruhi salah satu kriteria pemilihan, oleh karena itu pahami dulu track record calon dengan benar sebelum menentukan pilihan. Pergerakan mahasiswa yang terbukti sudah handal untuk memimpin maka itu layak untuk dipilih. Selain itu di tengah semakin dipersempitnya masa kuliah maka voter harus juga jeli dalam menentukan pilihan. Kita ingin bersama-sama membangun Brawijaya ini secara sehat, proses kaderisasi kepemimpinan ini juga harus dibangun atas pikiran-pikiran yang rasional. Jika kita melihat kondisi yang ada saat ini, dari angkatan yang masih ada maka sudah pantaslah yang memimpin untuk periode berikutnya adalah angkatan 2006. Dilhat dari umur akademik maka dapat dikatakan sudah matang mahasiswa yang berumur 7 semester ini. Hal ini tentu berbeda jika kita memilih angkatan 2005 yang sudah ‘uzur’ waktunya atau angkatn 2007 yang belum terlalu matang dalam memimpin eksekutif sekelas universitas. Hal ini juga menjadi penting karena akan berdampak bagi perkembangan kaderisasi kepemimipinan ke depannya. Dengan jangka waktu 1 tahun maka untuk proses ke depannya setiap angkatannya diharapkan akan mampu bergiliran untuk memimpin eksekutif mahasiswa tingkat universitas ini.

Selain itu guna menuju proses berdaulat ini, setiap pihak yang akan menghadirkan calon pemimpin baru ini harus mampu bersaing fair. Jika kita berteriak keras bahwa pemilu 2009 kemarin harus memiliki integritas yang dapat dipertanggungjwabkan, maka sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai pembuktian bahwa PEMIRA ini tidak kalah integritasnya dengan pemilu 2009 kemarin. Semua akan tampak sia-sia jika antara pihak yang bersaing ini saling berkonfrontasi. Hal ini hanya akan menimbulkan friksi yang semakin menganga. Tentunya harapan Brawijaya akan bersatu selepas PEMIRA hanya sekadar utopia jika konfrontasi ini benar-benar terjadi.

Semua proses dialektika menuju kepemimpinan raja Brawijaya selanjutnya akan terus menggelinding hingga beberapa bulan mendatang. Kita semua punya visi sama bahwa siapapun yang akan memimpin perubahan ini adalah yang terbaik dari pilhan mahasiswa Brawijaya seluruhnya. Sehingga sudah sepatutnya kita mendukung semua proses PEMIRA ini dan berkompetisi secara sportif untuk menemukan pemimpin baru bagi Brawijaya.

Akhirul kalam, selamat mencari Raja Brawijaya yang baru,semoga pilihan yang ada dapat memberikan kemanfaatan bagi seluruh mahasiswa yang ada di Brawijaya serta dapat menjadikan Eksekutif Brawijaya menjadi lebih pro aktif dalam menyuarakan kepetingan rakyat yang menunggu semangat perbaikan seorang mahasiswa. Sekian!

by : Auliya (staf dept.kastrat)

No comments: